Wednesday, April 10, 2013

Penyalahgunaan Antibiotika

Kali ini yang akan di bahas adalah penyalahgunaan obat, atau drug abuse (versi saya) yang paling jarang di tangkap sama polisi, karena yang disalahgunakan adalah obat-obat yang bukan golongan narkotika, tetapi obat-obat yang di jual bebas di pasaran. Langsung saja:

Amoksisilin dan Ampisilin 
Dua antibiotika ini termasuk antibiotika yang paling sering disalahgunakan, sebenarnya ada juga tetrasiklin, tetapi sekarang semakin jarang. Kenapa dua golongan ini saya golongkan pada drug abuse, karena memang selalu disalahgunakan. Pengalaman saya praktek (dan pasti pengalaman kebanyakan dokter juga) ketika pasien datang ke tempat praktek dan di tanya apakah sudah minum obat, dan obat apa yang di minum, kebanyakan jawabannya adalah Amosksisilin atau Ampoisilin,tidak peduli apakah dia mengalami sakit kepala, sakit perut, sakit maag, luka, demam, dll. Parahnya lagi biasanya Amoksisilin atau Ampisilin hanya diminum 1 atau 2 tablet dan berhenti.
Disini terletak beberapa kali kesalahan,

Pertama kenapa amoksisilin dan ampisislin atau antibiotika  lain bisa ditemukan di warung, pasar, kios, dan beragam tempat jualan lainnya. Saya masih maklum kalau ditemukan di pasar gelap, karena di situlah memang tempat ditemukannya barang-barang yang tidak bisa di jual bebas. Harusnya obat-obatan dengan lebal lingkaran merah tepi hitam dan huruf K di dalamnya harusnya hanya di jual di apotik dan hanya boleh di beli jika ada resep dokter.




Kedua 
Obat-obatan tersebut adalah golongan AntibiotikaAntibiotika (menurut wikipedia, dan saya juga setuju) adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Jadi penggunaan antibiotika seharusnya hanyalah pada infeksi bakteri dan bukan pada semua jenis penyakit. Antibiotika bukanlah obat simptomatik (yang menyembuhkan gejala) tetapi adalah obat yang menyembuhkan penyebabnya yaitu bakteri. Penyakit infeksi yang disebabkan karena virus, jamur atau organisme lain selain bakteri tidak bisa sembuh dengan menggunakan antibiotika, apalagi sakit kepala yang disebabkan karena kebanyakan online. Tetapi dalam masyarakat, amoksisilin telah terlanjur menjadi obat dewa yang bisa menyembuhkan hampir segala jenis penyakit.
Kenapa Obat-obat ini harus dengan resep dokter, karena dokter yang akan menilai (melalui gambaran laboratorium, atau evidence based, pengalaman, dan pengamatan yang saksama) apakah penyakit yang di derita disebabkan oleh bakteri atau bukan, kalau disebabkan oleh bakteri apakah cocok dengan amoksisilin/ampisilin ataukah lebih baik golongan antibiotika lain (yang kemungkinan juga sebentar lagi akan disalahgunakan).
Ketiga
Penggunaan antibiotika terutama golongan ini (untuk kebanyakan jenis infeksi bakteri) seharusnya tidak boleh hanya dengan menegak 1-2 tablet saja meskipun gejala penyakitnya sudah reda atau bahkan hilang sama sekali. Penggunaan antibiotika biasanya 3 hari atau lebih, untuk memastikan bahwa bakteri penyebab telah benar-benar di hilangkan (eradikasi). Selain itu pemberian 1 atau 2 atau 3 atau 4 kali sehari memiliki nilai penting dalam pengobatan, hal ini berhubungan dengan waktu paruh obat dan dosis terapi. Apabila dosis terapinya tepat tapi dipakai hanya 1 atau 2 kali, bakteri tidak akan tereradikasi sempurna, jika penggunaannya juga tidak mencapai dosis terapi (tidak diminum teratur selama waktu yang ditentukan) juga tidak akan mengeradikasi bakteri  dengan sempurna. Apa bahayanya jika terjadi demikian? bahayanya ialah akan semakin banyak bakteri yang resisten atau kebal terhadap antibiotika tersebut, karena bakteri yang masih tetap bertahan karena pengobatan yang tidak adekuat (mencukupi) akan membentuk kekebalan terhadap obat tersebut, dan saat bakteri tersebut berkembangbiak terbentuklah bakteri-bakteri yang kebal terhadap antibiotika.

Penyalahgunaan Antibiotika seperti amoksisilin dan ampisilin memberikan dampak yang luas terhadap system kesehatan, biaya kesehatan akan semakin mahal, karena untuk influenza ringan saja kita butuh antibiotika-antibiotika terbaru yang harganya lebih mahal, dan apabila pola ini tidak berubah maka kejadian tetrasiklin, yang sudah terjadi saat ini pada amoksisilin dan ampisilin akan segera berlanjut ke antibiotika-antibiotika lain yang beredar di pasar terang (bukan pasar gelap, heheheh).

Solusinya:
masalah pertama. saya tidak mampu mengubah system pasar dan penjualan obat-obat tersebut, saya kan hanya dokter kecil (yang kebetulan badannya besar) tapi gak punya power besar untuk mempengaruhi system pasar. Jadi biarlah itu menjadi tanggungjawab para pembuat kebijakan, dan mari kita doakan agar semakin banyak dokter yang peduli masuk jadi anggota DPR, dan jangan berhenti berdoa sampai disitu, tapi berdoa juga supaya pas jadi anggota DPR gak terpengaruh
masalah kedua dan ketiga. ini yang bisa kita lakukan sama-sama baik sebagai dokter dan masyarakat. kalau sakit, jangan segera beli amoksisilin atau ampisilin atau antibiotika yang lain, kalaupun terpaksa beli minumlah sesuai dosis yang dianjurkan dengan masa waktu jga yang dianjurkan (minimal 3 hari atau lebih). Saran saya lebih baik sebelum mengkonsumsi antibiotika bertanyalah dulu kepada dokter, kalau dokternya mahal, tanya saja sama saudara atau teman yang dokter. Caranya: pertama-tama puji dulu bilang dia ganteng, atau cantik, terus kalau sudah termakan pujian baru mulai cecar dengan pertanyaan seputar antibiotika, pasti di jawab sampai ke akar-akarnya. :) Sebagai dokter, pastikan bahwa pengobatan yang dilakukan rasional berdasarkan laboratorium evidence, maupun evidence based medicine. Kalo masalah ini bisa saya lakukan, dan pasti akan tetap saya usahakan. Pastikan juga anda melakukan penyuluhan tentang penyalahgunaan antibiotika pada pasien, agar pasien akan semakin mengerti.


Mudah-mudahan langkah kecil kita bisa mencegah penyalahgunaan antibiotika yang terus terjadi setiap hari.

Blessing!

2 comments:

  1. setuju dng tulisan dr, tapi bnyk juga penggunaan antibiotik yg belum tentu perlu dari dokter, mkn pasien atau masyarakat mencontoh dokter:)

    ReplyDelete
  2. betul, Dok. Makanya sebagai dokter juga perlu pengembangan diri, supaya jadi contoh yang baik. Sukses terus, Bro!

    ReplyDelete