Saturday, April 20, 2013

Dokter memberikan Obat Mahal, Wajar...

Akhir-akhir ini banyak orang yang mempertanyakan tentang pemberian obat oleh dokter, yang katanya, hanya berdasarkan pertimbangan untuk memperkaya diri, sehingga kebanyakan dokter tidak lagi menggunakan obat generik, tetapi menggunakan obat bermerek, atau obat paten berdasarkan perjanjian kerjasama yang menguntungkan dengan pihak perusahaan obat.
Karena itu saya tertarik untuk membahas sedikit dari seluk-beluk pemberian obat dalam tulisan kali ini.

Sebelum lebih jauh, sebaiknya kita tahu dulu istilah-istilah yang dipakai biar tidak salah kaprah membicarakannya.
  • Obat Paten secara gampangnya, obat dalam golongan ini adalah obat yang baru (NCE= New Chemical Entity)dikeluarkan di pasaran oleh salah satui perusahaan obat, dimana zat aktif yang ada dalam obat ini belum pernah di pasarkan sebelumnya. Obat ini memiliki hak paten (berdasarkan UU No. 14 Tahun 2001, masa paten obat di Indonesia adalah 20 tahun). Selama 20 tahun ini, tidak boleh ada obat dengan zat aktif yang sama beredar di pasaran selain obat paten. Obat-obat ini biasanya harganya memang mahal, karena biaya penelitian sejak awal, produksi, marketing, ditambah tidak adanya pesaing karena belum ada obat dengan zat aktif sama beredar di pasaran.
  • Obat Generik Setelah masa paten suatu obat berakhir maka dipasarkanlah obat dengan zat aktif yang sama menggunakan nama kimia (INN = International Nonprietary Name) obat tersebut. Obat generik ini harus lulus uji BABE (bioavailabilitas dan bioequivalen) untuk memastikan bahwa obat ini memiliki efek yang sama dengan obat paten. Obat generik ini kemasannya sederhana dan tidak boleh diiklankan. Harganya biasanya jauh lebih murah dari obat paten, karena tidak perlu menghabiskan biaya penelitian yang besar, serta biaya marketing. Obat generik ini menjadi program pemerintah bekerja sama dengan BUMN industri farmasi. Ada juga yang disebut Obat Generik Berlogo, yaitu obat generik yang diproduksi oleh perusahaan obat tertentu dengan memasang logo perusahaan di kemasan, tetapi tidak mengubah nama obat, tetap menggunakan INN-nya. Biasanya juga harganya tetap murah karena alasan yang sama.
  • Obat Bermerek Obat bermerek ini biasanya disalahartikan dengan menyamakannya obat paten, padahal yang dimaksud dengan obat bermerek adalah obat-obat yang sudah lewat masa patennya dan dipasarkan oleh perusahaan yang lain dengan memberikan nama tertentu terhadap obat tersebut. Biasanya di tambahkan dengan hal-hal tertentu yang menambah nilai jual obat, misalnya salut gula, agar obat tidak pahit, sediaan yang disesuaikan untuk mempermudah pasien minum obat, dll. Obat ini biasanya lebih mahal daripada obat generik maupun obat generik berlogo, karena selain biaya produksi, juga biaya marketingnya akan lebih mahal. Obat bermerek ini juga harus melewati uji BABE. 
  • Medical Representatif (Medrep/ detailer) bisa didefinisikan sebagai duta perusahaan / seseorang yang dipercaya untuk mewakili perusahaan guna mempromosikan produk obat secara professional, kredibel, dan berintegritas. Istilah lainnya adalah Detailer, karena dalam melaksanakan tugasnya, seorang Medical Representative harus mampu menjelaskan seluk beluk produk yang ditawarkan secara detail kepada customernya. untuk lebih jelasnya dapat anda baca di Mengenal apa itu Medical Representative.

Apabila pasien datang berobat, maka dengan segala keahlian yang dipelajari oleh seorang dokter, ia akan melakukan proses pemeriksaan terhadap pasien, menganalisa hasil pemeriksaannya, mendiagnosis, dan akhirnya mengambil keputusan untuk pengobatan/terapi. Pengambilan keputusan Terapi inilah yang menjadi topik kita kali ini.

Keputusan beberapa detik ini sebenarnya memiliki proses panjang di baliknya. Dimulai ketika perusahaan obat akhirnya memproduksi satu jenis obat. Apabila obat yang diproduksinya adalah bukan obat bebas (tidak boleh di jual bebas, harus dengan resep dokter) maka otomatis marketing obat tersebut tidak akan dilakukan di TV atau media lainnya, target utamanya ialah dokter dan apotik, disinilah seorang medrep akan berperan untuk mempresentasikan keunggulan produk tersebut kepada dokter, dari segi medis maupun bisnis. Dari segi medis, seorang medrep akan mempresentasikan bagaimana obat ini dapat menyembuhkan penyakit tertentu, berdasarkan data-data penelitian, dan dari segi bisnis, bagaimana seorang dokter akan diuntungkan jika menulis resep obat tersebut. Pada tahap ini dokter akan mengambil keputusan apakah akan memakai obat yang dipresentasikan tersebut atau tidak. Jika dokter telah mengambil keputusan, maka tinggalah menunggu pasien yang diagosis penyakitnya, secara rasional dapat diobati dengan obat tadi. 
Hal ini sebenarnya sangatlah sederhana, tetapi akhirnya menjadi sangat rumit, karena kedokteran bukanlah bisnis murni, ada nilai-nilai kemanusiaan/sosial yang sudah mendarah daging dalam profesi ini sejak lama. Disinilah tempatnya dimana, ilmu pengetahuan, pengalaman klinis, hasrat untuk memenuhi kebutuhan hidup, hasrat untuk memenuhi standar/gaya hidup tertentu, nilai-nilai kemanusiaan, dan pertimbangan sosial seorang dokter bertemu. Hasil dari benturan semua hal tadi, itulah yang akhirnya tertulis dalam resep dokter. 
Ada beberapa alasan yang mungkin membuat dokter memberikan obat mahal kepada pasien, antara lain:

  1. Seorang dokter bisa saja menggunakan obat paten yang harganya mahal dengan alasan bahwa berdasarkan ilmu pengetahuan yang dia pelajari, obat inilah satu-satunya yang dapat menolong pasien untuk sembuh dari penyakitnya, sehingga ia mengharuskan pasien untuk membeli obat tersebut, dia tidak punya pilihan lain karena belum tersedia obat generik untuk obat tersebut.
  2. Seorang dokter berdasarkan ilmu pengetahuannya tahu bahwa obat dengan zat aktif tertentu bisa untuk menyembuhkan pasiennya, dia juga tahu bahwa tersedia obat generik yang murah untuk obat tersebut, tetapi berdasarkan pengalaman klinisnya obat dengan zat kimia tersebut dengan merek dagang tertentu dari perusahaan obat tertentu hasil terapinya lebih baik karena obat tersebut di buat dengan properti tertentu (misalnya slow release) sehingga meningkatkan kepatuhan minum obat pasien. Obat generik yang harusnya di minum 3 kali sehari, dengan merek dagang tertentu, obat yang isinya sama dapat diminum 1 kali sehari, sehingga pasien tidak perlu minum obat terlalu banyak dalam 1 hari, hal ini tentu saja meningkatkan kepatuhan minum obat. Jadi meskipun lebih mahal dokter memilih untuk meresepkan obat tersebut.
  3. Seorang dokter bisa juga memberikan obat Paten atau bermerek berdasarkan pertimbangan sosial, karena ada pasien yang tidak percaya dengan obat murah. Menurut mereka semakin mahal obat, semakin tinggi khasiatnya.
  4. Seorang dokter bisa juga memberikan obat paten atau bermerek yang mahal kepada pasien berdasarkan pertimbangan untuk memenuhi standar kehidupannya (dokter) yang tinggi, sehingga mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan, Kadang pasien harus membayar obat yang tidak terjangkau, padahal tersedia obat yang sama dengan merek lain yang lebih murah, ataupun obat generiknya. Lebih parah lagi, jika memberikan obat-obat tambahan yang tidak sesuai indikasi, atau diagnosis dari penyakit, demi menambah pundi-pundi uang. Resep ditulis berdasarkan perjanjian kerjasama dengan perusahaan obat, bukan berdasarkan diagnosis.
  5. mungkin masih ada alasan lain yang tidak tertulis disini.

Menurut pendapat saya (PRIBADI), untuk seorang bisnisman semua hal tersebut dapat dilakukan dan sah-sah saja, well everybody needs money, right? Tetapi untuk seorang dokter, sekali lagi menurut saya (PRIBADI) alasan nomor 4 sebaiknya tidak menjadi pilihan. Sebab kemuliaan profesi kedokteran tidaklah terdapat pada Profesi itu sendiri, melainkan orang-orang yang menjalankannya (sperti yang saya tulis dalam catan saya sebelumnya, "Profesi Mulia, dokterkah?"). Masih menurut saya, dokter yang melakukan tindakan seperti nomor 4 membuat profesi kedokteran kehilangan wibawanya sebagai salah satu profesi yang cukup dihormati di masyarakat.

Jadi apakah saya menolak jika ada janji bonus jika memberikan obat tertentu, oh tentu saja TIDAK, tapi saya MENOLAK apabila karena demi bonus, pasien dirugikan. Pemberian obat yang rasional berdasarkan diagnosis pasien, tetapi juga mempertimbangkan keadaan sosial pasien sebaiknya (baca:seharusnya) tetap dilakukan oleh seorang dokter dalam menjalankan praktek kedokterannya. Sebab janji ini telah diucapkan dihadapan Tuhan oleh setiap Dokter Indonesia: "...Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan ber­moral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya..." (kutipan dari lafal sumpah dokter indonesia)
Mudah-mudahan setiap dokter Indonesia akan sadar bahwa kita tidak menerima berkat dari pasien ataupun perusahaan obat, tetapi dari Sang Khalik.


Berikut adalah Tips dan Trick untuk menghindari harga obat yang mahal (untuk pasien)


Blessing!




No comments:

Post a Comment